Kita BISAAA!!!
Hai
readers^^ akhirnya kita bisa bertegur sapa lagi dalam tulisan blog saya. Sudah
lama sekali sekitar 2 minggu mungkin ya (?) saya tidak mengisi blog saya dengan
tulisan-tulisan indah saya (percaya diri sekali!). Curhat sedikit tentang satu
minggu kemarin yang melelahkan. Bukan hanya otot, tapi juga otak! Alhamdulillah,
saya baru saja menyelesaikan UTS (Ujian Tengah Semester) untuk yang
“benar-benar” terakhir kalinya, sepanjang sejarah hidup saya di MAN Insan
Cendekia Serpong. Benar, saya sekarang sudah menginjak kelas 12 yang terhitung
sejak 11 Agustus 2014 lalu. Sedih sekali kalau saya mengingat kisah perjuangan
saya dahulu ketika masih kelas 10-11, dan sekarang saya sudah akan lulus
(aamiiin) L
Saya akan segera berpisah dengan teman-teman seperjuangan, yang selalu
menyemangati saya, melukis hari-hari saya dengan kejutan. Tapi, bukankah hidup
memang selalu begitu? Kita harus siap untuk meninggalkan dan ditinggalkan J
Baiklah,
untuk edisi kali ini saya lebih ingin sharing
tentang “SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM”. Mumpung masih hangat nih ders (singkatan dari ‘readers’) bagi
saya untuk membagikan ilmu tentang Sejarah Kebudayaan Islam. Memang benar, ini
adalah pelajaran agama yang ada di madrasah-madrasah dari yang tsanawiyah
sampai dengan aliyah. Hanya saja, saya ingin mengungkap fakta dibalik
tumbangnya peradaban Islam sekarang.
Kalau
kita menengok ke belakang, ke masa 711 M silam, dimana pada masa itu peradaban
Islam dalam keadaan semaju-majunya. Mulai dari perkembangan di bidang ilmu
pengetahuan, kesenian dan sastra Arab, seni arsitektur, perekonomian yang maju,
perdagangan, ketentaraan, dan pertanian. Tidak dapat dipungkiri pada masa-masa
pemerintahan setelah Rasulullah saw. wafat, Islam semakin berkembang hingga
sampai pada puncaknya peradaban yang mendunia.
Pada
tahun 711 M hingga 1492 M, Islam berada di bawah tanduk pemerintahan Bani
Umayyah II yang berpusat di kota Cordova, Andalusia atau sekarang dikenal
sebagai negara Spanyol. Sementara itu,
di kota Baghdad juga dikuasai oleh Bani Abbasiyah yang berdiri sejak tahun 750
M hingga 1258 M. Kedua pusat pemerintahan Islam ini bagaikan dua mercusuar bagi
seluruh wilayah di belahan bumi manapun. Peradaban yang dibangun dari kedua
pusat pemerintahan ini, seni arsitektur bangunan yang tinggi, kemajuan di
bidang ilmu pengetahuan, perdagangan, hingga bidang ketentaraan, mampu menarik
banyak orang untuk mengunjungi tempat-tempat yang ada di pusat kota Baghdad
maupun Andalusia. Kota Baghdad mendirikan beberapa universitas yang terbuka
bagi seluruh pelajar di penjuru dunia seperti Universitas Al Musthansiriya dan
Universitas Al Nizhumiyah. Begitupun juga dengan di Andalusia yang mendirikan
universitas-universitas terkenal seperti Universitas Cordova, Universitas
Granada dan Universitas Toledo. Selain itu, banyak ilmuwan terkenal di berbagai
bidang sains dan agama yang lahir dari
kedua peradaban Islam ini.
Sementara
itu, di belahan bumi lainnya, tepatnya di Benua Eropa sedang berada pada zaman
kegelapan atau Dark Age. Penjelasan
singkat tentang Dark Age, merupakan
suatu masa dimana kekuasaan gereja mendominasi dan gereja melarang untuk
mencampurkan urursan agama dan ilmu. Sehingga masyarakat Eropa tidak dapat
berkembang dalam bidang ilmu pengetahuan karena apabila mereka memberontak,
pasti gereja akan mengambil tindakan keras. Mengetahui adanya kemajuan
peradaban Islam di Andalusia, membuat raja-raja Inggris meminta pada
pemerintahan Islam di Cordova agar generasinya bisa kuliah di Universitas
Cordova. Hal ini bertujuan agar generasi bangsa Eropa mampu mengembangkan ilmu pengetahuan
di Eropa di kemudian hari. Ternyata, salah
satu alumni dari Universitas Cordova berkebangsaan Italia-lah yang berhasil
menciptakan Renaisance (revolusi
pengetahuan).
Tonggak
sejarah Islam yang menjadi magnet seluruh masyarakat di dunia karena kemajuan
ilmu pengetahuannya dan segala aspek lainnya, membuat para pelajar dan alumni
dari universitas-universitas terkenal di Kota Baghdad dan Andalusia ketika
kembali ke negara asalnya selalu dikagumi oleh sebangsanya. Apalagi ketika
mereka menggunakan aksen “ke-arab-araban”-nya. Wah, bagaikan sesuatu yang
sangat WOW!
Namun,
seperti roda yang terus berputar. Apa yang diatas, harus berputar,
berjungkir-balik ke bawah. Lalu, apa yang di bawah akan bergerak naik ke atas,
menggantikan apa yang ada sebelumnya. Semuanya menjadi serba berkebalikan. Peradaban
Islam yang susah payah dibangun dari nol, lenyap dalam sekejap, setelah tentara
Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan (1258 M) membumihanguskan Kota Baghdad
dan kota-kota besar kekuasaan wilayah Bani Abbasiyah. Mereka membakar
perpustakaan, lembaga pendidikan, dan pusat-pusat ilmu pengetahuan dan
kebudayaan. Ini menjadi puncak berakhirnya kekuasaan Islam di Baghdad dan
wilayah kekuasaannya.
Keadaan
ini tidak jauh beda dari kekuasaan Islam yang ada di Andalusia. Orang-orang Kristen
mulai bangkit dan membuat suatu gerakan Reconquista,
dimana orang-orang Kristen ingin merebut kekuasaan mereka di Andalusia dan
mengusir orang-orang Islam dari wilayah itu ketika tambuk kekuasaan berada di
tangan Khalifah Muhammad XII dibawah Kesultanan Granada. Pada tahun 1492 M,
kekuasaan Islam benar-benar hancur. Orang-orang Islam diperintahkan untuk
meninggalkan tanah Andalusia oleh pimpinan orang Kristen, yakni Ferdinand dan
Isabella, atau memilih murtad (masuk agama Kristen) tapi tetap tinggal di
Andalusia. Dengan kepala tertunduk malu akhirnya orang-orang Islam pergi
meninggalkan tanah Andalusia. Sehingga berakhirlah kekuasaan Islam di wilayah
itu.
Lalu, pernahkah
kita memikirkan hal ini sebelumnya? Ketika dahulu, orang-orang Eropa berbangga
diri dengan aksen “ke-arab-araban” saat Islam sangat maju, sekarang malah kita
yang berbangga diri apabila kita bisa beraksen seperti orang barat. Kita bangga
menggunakan Bahasa Inggris karena peradaban Eropa sudah sangat maju. Semua
orang berebutan ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri seperti Perancis,
Inggris, Amerika dan lainnya. Apakah kita tidak memikirkan hal ini lagi? Ketika dahulu, bangsa Eropa ingin menuntut ilmu di universitas-universitas
Islam agar membebaskan bangsanya dari penjara doktrin gereja. Dan
segalanya sekarang berkebalikan.
Apakah
kita tidak pernah memikirkan hal ini? Apakah tidak timbul perasaan untuk
mengembalikan kejayaan Islam yang telah padam ini? Lalu, dengan apa kita mampu
mengembalikan kekuasaan Islam seperti dahulu? Jawabannya tak lain tak bukan
adalah diri kita sendiri. Dengan berprestasi, kita akan bisa memajukan Islam
seperti dulu lagi. Dengan SEMANGAT dan TEKAD yang KUAT, insya Allah, KITA BISA J
Saya
pernah mendengar kalimat dari guru saya, beliau berpesan pada kami, “Kalau
kalian berprestasi, bukan hanya membanggakan nama kalian, tapi juga
mengharumkan Islam”.
Wahai
mujahid dan mujahidah, bersiap-siaplah untuk mengembalikan kejayaan Islam ke
tangan orang Islam J
0 komentar :
Posting Komentar