Minggu, 19 Oktober 2014

Kita BISAAA!!!



Hai readers^^ akhirnya kita bisa bertegur sapa lagi dalam tulisan blog saya. Sudah lama sekali sekitar 2 minggu mungkin ya (?) saya tidak mengisi blog saya dengan tulisan-tulisan indah saya (percaya diri sekali!). Curhat sedikit tentang satu minggu kemarin yang melelahkan. Bukan hanya otot, tapi juga otak! Alhamdulillah, saya baru saja menyelesaikan UTS (Ujian Tengah Semester) untuk yang “benar-benar” terakhir kalinya, sepanjang sejarah hidup saya di MAN Insan Cendekia Serpong. Benar, saya sekarang sudah menginjak kelas 12 yang terhitung sejak 11 Agustus 2014 lalu. Sedih sekali kalau saya mengingat kisah perjuangan saya dahulu ketika masih kelas 10-11, dan sekarang saya sudah akan lulus (aamiiin) L Saya akan segera berpisah dengan teman-teman seperjuangan, yang selalu menyemangati saya, melukis hari-hari saya dengan kejutan. Tapi, bukankah hidup memang selalu begitu? Kita harus siap untuk meninggalkan dan ditinggalkan J

Baiklah, untuk edisi kali ini saya lebih ingin sharing tentang “SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM”. Mumpung masih hangat nih ders (singkatan dari ‘readers’) bagi saya untuk membagikan ilmu tentang Sejarah Kebudayaan Islam. Memang benar, ini adalah pelajaran agama yang ada di madrasah-madrasah dari yang tsanawiyah sampai dengan aliyah. Hanya saja, saya ingin mengungkap fakta dibalik tumbangnya peradaban Islam sekarang.

Kalau kita menengok ke belakang, ke masa 711 M silam, dimana pada masa itu peradaban Islam dalam keadaan semaju-majunya. Mulai dari perkembangan di bidang ilmu pengetahuan, kesenian dan sastra Arab, seni arsitektur, perekonomian yang maju, perdagangan, ketentaraan, dan pertanian. Tidak dapat dipungkiri pada masa-masa pemerintahan setelah Rasulullah saw. wafat, Islam semakin berkembang hingga sampai pada puncaknya peradaban yang mendunia.

Pada tahun 711 M hingga 1492 M, Islam berada di bawah tanduk pemerintahan Bani Umayyah II yang berpusat di kota Cordova, Andalusia atau sekarang dikenal sebagai negara Spanyol.  Sementara itu, di kota Baghdad juga dikuasai oleh Bani Abbasiyah yang berdiri sejak tahun 750 M hingga 1258 M. Kedua pusat pemerintahan Islam ini bagaikan dua mercusuar bagi seluruh wilayah di belahan bumi manapun. Peradaban yang dibangun dari kedua pusat pemerintahan ini, seni arsitektur bangunan yang tinggi, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, perdagangan, hingga bidang ketentaraan, mampu menarik banyak orang untuk mengunjungi tempat-tempat yang ada di pusat kota Baghdad maupun Andalusia. Kota Baghdad mendirikan beberapa universitas yang terbuka bagi seluruh pelajar di penjuru dunia seperti Universitas Al Musthansiriya dan Universitas Al Nizhumiyah. Begitupun juga dengan di Andalusia yang mendirikan universitas-universitas terkenal seperti Universitas Cordova, Universitas Granada dan Universitas Toledo. Selain itu, banyak ilmuwan terkenal di berbagai bidang sains dan agama  yang lahir dari kedua peradaban Islam ini.

Sementara itu, di belahan bumi lainnya, tepatnya di Benua Eropa sedang berada pada zaman kegelapan atau Dark Age. Penjelasan singkat tentang Dark Age, merupakan suatu masa dimana kekuasaan gereja mendominasi dan gereja melarang untuk mencampurkan urursan agama dan ilmu. Sehingga masyarakat Eropa tidak dapat berkembang dalam bidang ilmu pengetahuan karena apabila mereka memberontak, pasti gereja akan mengambil tindakan keras. Mengetahui adanya kemajuan peradaban Islam di Andalusia, membuat raja-raja Inggris meminta pada pemerintahan Islam di Cordova agar generasinya bisa kuliah di Universitas Cordova. Hal ini bertujuan agar generasi bangsa Eropa mampu mengembangkan ilmu pengetahuan di Eropa di kemudian hari. Ternyata, salah satu alumni dari Universitas Cordova berkebangsaan Italia-lah yang berhasil menciptakan Renaisance (revolusi pengetahuan).

Tonggak sejarah Islam yang menjadi magnet seluruh masyarakat di dunia karena kemajuan ilmu pengetahuannya dan segala aspek lainnya, membuat para pelajar dan alumni dari universitas-universitas terkenal di Kota Baghdad dan Andalusia ketika kembali ke negara asalnya selalu dikagumi oleh sebangsanya. Apalagi ketika mereka menggunakan aksen “ke-arab-araban”-nya. Wah, bagaikan sesuatu yang sangat WOW!

Namun, seperti roda yang terus berputar. Apa yang diatas, harus berputar, berjungkir-balik ke bawah. Lalu, apa yang di bawah akan bergerak naik ke atas, menggantikan apa yang ada sebelumnya. Semuanya menjadi serba berkebalikan. Peradaban Islam yang susah payah dibangun dari nol, lenyap dalam sekejap, setelah tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan (1258 M) membumihanguskan Kota Baghdad dan kota-kota besar kekuasaan wilayah Bani Abbasiyah. Mereka membakar perpustakaan, lembaga pendidikan, dan pusat-pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Ini menjadi puncak berakhirnya kekuasaan Islam di Baghdad dan wilayah kekuasaannya.

Keadaan ini tidak jauh beda dari kekuasaan Islam yang ada di Andalusia. Orang-orang Kristen mulai bangkit dan membuat suatu gerakan Reconquista, dimana orang-orang Kristen ingin merebut kekuasaan mereka di Andalusia dan mengusir orang-orang Islam dari wilayah itu ketika tambuk kekuasaan berada di tangan Khalifah Muhammad XII dibawah Kesultanan Granada. Pada tahun 1492 M, kekuasaan Islam benar-benar hancur. Orang-orang Islam diperintahkan untuk meninggalkan tanah Andalusia oleh pimpinan orang Kristen, yakni Ferdinand dan Isabella, atau memilih murtad (masuk agama Kristen) tapi tetap tinggal di Andalusia. Dengan kepala tertunduk malu akhirnya orang-orang Islam pergi meninggalkan tanah Andalusia. Sehingga berakhirlah kekuasaan Islam di wilayah itu.

Lalu, pernahkah kita memikirkan hal ini sebelumnya? Ketika dahulu, orang-orang Eropa berbangga diri dengan aksen “ke-arab-araban” saat Islam sangat maju, sekarang malah kita yang berbangga diri apabila kita bisa beraksen seperti orang barat. Kita bangga menggunakan Bahasa Inggris karena peradaban Eropa sudah sangat maju. Semua orang berebutan ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri seperti Perancis, Inggris, Amerika dan lainnya. Apakah kita tidak memikirkan hal ini lagi? Ketika dahulu, bangsa Eropa ingin menuntut ilmu di universitas-universitas Islam agar membebaskan bangsanya dari penjara doktrin gereja. Dan segalanya sekarang berkebalikan.

Apakah kita tidak pernah memikirkan hal ini? Apakah tidak timbul perasaan untuk mengembalikan kejayaan Islam yang telah padam ini? Lalu, dengan apa kita mampu mengembalikan kekuasaan Islam seperti dahulu? Jawabannya tak lain tak bukan adalah diri kita sendiri. Dengan berprestasi, kita akan bisa memajukan Islam seperti dulu lagi. Dengan SEMANGAT dan TEKAD yang KUAT, insya Allah, KITA BISA J

Saya pernah mendengar kalimat dari guru saya, beliau berpesan pada kami, “Kalau kalian berprestasi, bukan hanya membanggakan nama kalian, tapi juga mengharumkan Islam”.


Wahai mujahid dan mujahidah, bersiap-siaplah untuk mengembalikan kejayaan Islam ke tangan orang Islam J





0 komentar :

Posting Komentar