Menjadi
salah seorang pejuang wanita itu tidaklah mudah. Harus siap dengan segala
konsekuensi dan menghadapi kritikan luar biasa dari dunia. Tak sedikit keringat
yang mengucur, ketika harus menguras seluruh energi untuk memberikan kontribusi
yang besar demi bangsa. Ketika pekerjaan yang dilakukan kurang dihargai
sehingga ia harus berjuang lebih keras lagi, memperbaiki setiap detail dan
mempelajarinya agar membuahkan hasil yang sesuai dengan
apa yang di-inginkan. Tak sedikit pula bulir air mata yang menetes dari pelupuk
mata, ketika apa yang telah diperjuangkan hingga titik darah penghabisan hanya
seperti sampah tidak berguna dimata orang lain. Pengorbanan, kerja keras, serta
kegigihan dalam mempertahankan suatu gagasan ataupun ide-ide merupakan salah
satu dari sekian banyak hal yang ingin dicapai oleh seorang wanita untuk
menunjukkan kepada dunia bahwa dirinya layak dinyatakan sebagai seorang
pejuang.
Tak
perlu mengambil contoh yang terlampau jauh, kita dapat melihat sendiri
bagaimana perjuangan seorang ibu untuk mempertahankan hidupnya demi sang buah
hati yang telah dinanti-nantinya selama kurang lebih sembilan bulan. Betapa
perjuangan yang tidak dapat dibayangkan bagaimana kesakitan yang begitu menusuk
hingga tibalah buah hati itu terlahir di dunia yang membuat seakan-akan beban
perjuangan selama ini tidaklah sia-sia sehingga beliau patutlah diagungkan
sebagai seorang pejuang. Pejuang untuk sang buah hati.
Perjuangan
pun tidak hanya dalam bentuk itu saja, namun bisa juga dengan perjuangan untuk mengangkat
moral dan martabat suatu bangsa, atau yang bisa dibilang sebagai pahlawan
revolusioner yang telah ada sejak zaman penjajahan. Yah, pejuang-pejuang revolusioner
yang terkadang luput dari ingatan kita. Dapatkah kita bayangkan bagaimana
perjuangan mereka untuk tetap hidup dan terus memberikan ide-ide demi kemajuan
bangsa ini? Terkadang kita bisa menjadi begitu sombong atas kenikmatan yang
kita rasakan saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwasannya kita bisa juga menjadi
begitu apatis terhadap segala perubahan-perubahan yang ada disekitar kita sehingga
kita lupa siapa jati diri kita sebenarnya dan siapa yang dulunya telah berjuang
sekuat tenaga dan pikiran demi kehidupan yang sekarang kita nikmati.
Menengok
dari cuplikan-cuplikan peristiwa masa beberapa tahun silam, ketika bangsa ini harus merasakan pahitnya penjajahan
atas Belanda yang melilhat kondisi bangsa ini yang mengenaskan dan sangat
terbelakang yang kemudian mereka menjadikannya sebagai peluang untuk menjajah
bangsa ini dari segi politik, ekonomi, sosial bahkan pendidikan. Dimana Belanda
sangat protektif akan pemberian pendidikan bagi bangsa Indonesia. Tidak membutuhkan
alasan yang penjang lebar tentang alasan mereka melakukan ini, yah, bahwa
Belanda takut apabila mereka memberi kesempatan bangsa Indonesia untuk
mengenyam pendidikan, maka mereka dapat memberontak dan dapat mengusir
kepemerintahan Belanda saat itu. Sehingga mereka berlaku kejam dan tak memberi
kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menerima pendidikan dan bangsa inipun
terus terbelenggu dalam kebodohan dan keterbelakangan. Apalagi ketika melihat
seroang wanita Indonesia, Belanda sangat menekan mereka dan menganggap bahwa
kodrat seorang wanita itu rendah.
Namun, seiring berjalannya waktu, Belanda
mulai membuka kesempatan bangsa Indonesia untuk mengenyam pendidikan yang
mereka berasal dari keluarga terpandang dan pemerintah Belanda pun tidak dengan
mudah memberikan ijin. Pada saat itu hanya beberapa wanita saja yang boleh
mengikuti pengajaran tersebut dan pengajaran yang mereka dapatkan juga tidak
sekompleks seperti apa yang kita dapatkan sekarang.
Beberapa
wanita itu ternyata menggunakan kesempatan untuk belajar dan terus belajar
karena nyatanya mereka juga memiliki cita-cita bagaimana caranya agar bangsa
ini tidak terus terbelakang dan dapat mencerdaskan kaum wanita lainnya yang
belum tentu mendapatkan kesempatan emas seperti mereka. Ketika keinginan yang
begitu kuat meresap ke dalam jiwa mereka, maka tindakan yang diambil tentunya
juga mengikuti cara berpikir mereka. Saat melihat keadaan wanita di
lingkungannya yang mengenaskan, derajat wanita yang rendah, kebodohan yang
terus menggerogoti kaum wanita, seakan ada sentakan besar dalam diri mereka
yang tanpa harus berpikir dua kali, mereka ingin membuat sebuah perubahan
besar.
Dimulai
dari keberanian untuk memberikan pengajaran bagi wanita-wanita yang ada di
lingkungannya dengan kesabaran mencoba menyisipi ruang pemikiran mereka dan
mencoba untuk mengubah pemikiran mereka bahwa wanita itu tidak hanya hidup
untuk berlindung dibalik punggung suaminya. Bahwa wanita itu sebenarnya
memiliki kuasa untuk mengendalikan dirinya sendiri dan menentukan nasibnya sendiri
serta memikirkan nasib rakyatnya kelak. Rupanya pengajaran yang mulanya
dilakukan di rumah-rumah pendidik wanita berangsur berkembang dengan banyaknya
wanita yang mengikuti kegiatan pengajaran tersebut. Minat mereka pun untuk
dapat membaca, menulis, berhitung, berpikir kritis bertambah karena dipicu
dengan motivasi-motivasi untuk menjadikan bangsa ini lebih baik. Tak hanya
pendidikan umum yang diberikan, tetapi pendidikan yang berasaskan agama juga
diajarkan dengan baik agar dalam memperjuangkan suatu hak tidak hanya untuk
kepentingan dunia namun juga mempertimbangkan kepentingan akhirat yang bukannya
menuntut namun secara tidak langsung dapat menjadikan ilmu yang dipelaari
selama ini menjadi hidup dan bermanfaat bagi orang lain. Pendidikan agama yang
diajarkan berupa bahasa arab yang demikian dapat menambah keimanan wanita itu
sendiri. Lalu mengapa mereka menitikberatkan pada pendidikan? Yah, apalagi
alasannya kalau bukan karena hanya orang-orang yang mempunyai kecerdasan dan
hati yang tulus yang dapat berkiprah dalam pemerintahan jika memenag ingin
membuat gerakan serentak yang menyeluruh untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Memang tidak mudah juga untuk mendapatkan pengakuan dari dunia namun karena
keinginan yang besar itulah yang membuat kepercayaan diri kaum wanita
terangkat. Dengan pendidikan, kaum wanita itupun kembali memutar otak
bahwasannya memang benar bahwa tidak ada salahnya jika wanita ikut andil dalam
pemerintahan dan pemikiran ini pun berlanjut hingga ke pemikiran untuk
memperjuangkan kemerdekaan bangsanya yang pada saat itu mengalami bencana
kebodohan oleh para penjajah.
Satu
hal yang pada masa itu juga menjadi permasalahan penting yakni, perbedaan
kedudukan antara pria dan wanita yang seolah-olah terdapat jurang yang
memisahkan keduanya dan kaum pria lebih dijunjung tinggi daripada kaum wanita
sebab wanita dianggap sebagai sosok yang lemah dan tidak punya andil yang besar
terhadap perubahan nasib bangsa sehingga wanita menjadi tertinggal jauh dari
kaum pria, terutama pada bidang pendidikan. Namun, disaat krisis kepercayaan
terhadap kaum wanita ini, munculah seorang sosok yang menjadi pahlawan bagi
kaum wanita yang mampu mengangkat derajat kaum wanita dengan berbekal keyakinan
yang kuat serta mengandalkan rasa emansipasi yang tinggi. Tersebutlah Raden
Ajeng Kartini, pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita dengan
menitikberatkan pada penolakan kesetaraan gender
antara laki-laki dan perempuan inilah yang kerap kali di-elu-elukan. Bagaimana tidak? Jika bukan karena perjuangan beliau,
mungkin kaum wanita di Indonesia tidak dapat terlepas dari diskriminasi akan
perbedaan derajat dengan kaum pria dan kebodohan yang akan terus membelenggu
kaum wanita. Dan sesungguhnya tujuan utama dari RA Kartini ini selain untuk
mengangkat derajat kaum wanita Indonesia adalah agar kaum wanita juga memiliki
peran dalam memperjuangkan kemerdekaan tanah air yang dicintainya.
Rupanya
perjuangan Ibu Kartini tidaklah sia-sia. Seolah-olah menjadi titik terang bagi
kehidupan kaum wanita di Indonesia, lahirlah pahlawan-pahlawan wanita nasional
lainnya yang juga memiliki visi dan misi yang sama yakni agar kaum wanita tidak
tertinggal dengan perkembangan pesat yang diperlihatkan dari kaum pria dan
mengutamakan pendidikan bagi kaum wanita demi perjuangan kemerdekaan.
Pahlawan
nasional ini juga memiliki cara mereka sendiri untuk memperlihatkan cara
berjuang mereka demi kemerdekaan, ada yang dengan jalan mengangkat senjata
seperti Cut Nyak Dhien dan Keumalahayati namun juga ada yang mendirikan sekolah
khusus bagi wanita seperti Dewi Sartika. Dan tahukah bahwa darah pejuang itu
lahir dari tiap daerah masing-masing? Namun karena pengetahuan kita selama ini
hanya sebatas merujuk pada beberapa tokoh pahlawan wanita saja, sehingga
pahlawan wanita lainnya pun dapat terlupakan perjuangannya. Tahukah kalian
dengan sosok pahlawan yang mendirikan sekolah sekaligus mengangkat senjata
untuk menunjukkan cara berjuangnya demi bangsa mereka? Beliau adalah Rahmah El
Yunusiyah.
Peran Rahmah El
Yunusiyah yang sangat terlihat ketika ia menjadi pelopor pendidikan bagi kaum
wanita dengan mendirikan Diniyah School
Putri atau Madrasah Diniyah li al-Banat yang bertempat di Masjid Pasar Usang
dengan memberi pengajaran tentang ilmu agama dan tata bahasa Arab.
Ternyata perjuangan
untuk kemerdekaan tidak hanya dilakukan melaui jalan pendidikan, dalam bidang
politik juga dapat dilakukan misalnya ikut dalam organisasi politik ataupun
partai politik tertentu agar memberi kedudukan tersendiri dalam pemerintahan
sehingga melalui kedudukan itu dapat mengubah pandangan masyarakat agar tidak
terus dimanjakan oleh kenikmatan dunia semata. Seperti yang dilakukan oleh
pakhlawan wanita kita, Rasuna Said memulai perjuangannya untuk membela kaum perempuan dengan bergabung di
Sarekat Rakyat sebagai sekretaris cabang. Dalam bidang militer pun dapat
dilakukan dukungan-dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan misalnya dengan
menjadi donatur dalam pemberian dana demi kelancaran jalannya sistem militer di
Indonesia sehingga bangsa ini tidak tertinggal dengan kemajuan bidang militer
negara lain. Seperti yang telah dilakukan oleh Rahmah El Yunusiyah yang ikut
berkiprah dalam bidang milliter yakni menjadi salah satu pelopor berdirinya TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dimana ia memberi hartanya untuk
pembinaan TKR tersebut. Karena sifatnya yang mengayomi, pemuda-pemuda pejuang
kemerdekaan menyebutnya sebagai Bundo Kanduang dari barisan perjuangan.
Betapa
peran pahlawan wanita ini tidak dapat terlupakan sepanjang masa dan kita patutu
bersyukur dan tidak terlena terhadap kenikmatan yang merupakan hasil keringat
dan kerja keras dari para pejuang kita sehingga kita dapat mengenyam pendidikan
dengan baik.
Dan
perjuangan para pahlawan wanita yang telah dipupuk sejak zaman penjajahan
tersebut harus terus dilanjutkan oleh generasi-generasi kaum wanita seperti
kita. Sebagai generasi yang berkeinginan terpuji untuk melanjutkan perjuangan
beliau harus berpikiran luas terhadap dunia luar dan tidak menutup segala
kemungkinan jika hal ini bisa dimulai sejak dini untuk dapat mencerdaskan
wanita Indonesia dan mencetak goal
menjadi pejuang wanita selanjutnya.